Jangan pernah melarikan diri, jangan pernah letih dan jangan pernah putus asa. . . . (Winston Churchill)
"You're alive. Do something. The directive in life, the moral imperative was so uncomplicated. It could be expressed in single words, not complete sentences. It sounded like this: Look. Listen. Choose. Act."
- Barbara Hall -
22 April, 2010
Kuda Sumba untuk endurance
Saya ingat saat itu kira-kira bulan desember tahun 2008, saya menghadiri acara pemberian penghargaan kepada sdr. Billy Mamola yang sukses mencatatkan diri di Museum Rekor Indonesia (Muri) dengan menunggang kuda sejauh 602 km dengan rute Lembang-Pangandaran- Lembang. Rekor tersebut dibuat dalam waktu 12 hari (10-22 Agustus 2008).Pak Billi mengatakan, dengan memilih kuda Sumba, dirinya ingin mengangkat citra dan keunggulan-keunggulan kuda Sumba. Kuda Sumba, katanya, kuat dan daya jelajahnya tinggi, namun selama ini kuda Sumba belum begitu di dikenal dunia luar.
sebagaimana kita tahu Kuda adalah simbol kendaraan nenek moyang orang sumba dan bernilai adat istiadat. Kuda mempunyai ikatan historis Kuda telah menjadi bagian dari hidup masyarakat di pulau paling selatan Indonesia itu sejak pertengahan abad ke-18 Masehi. Itu jauh sebelum Belanda mendatangkan sapi ongole dan menetapkan Sumba sebagai pusat pembibitan tahun 1914. Kuda sumba termasuk ras timur yang diduga keturunan kuda mongol. Penyebarannya ke wilayah Asia diperkirakan bersama dengan penyebaran agama Hindu.
Kuda sumba sangat erat kaitannya dengan budaya masyarakat. Pada setiap pesta adat, kuda selalu dilibatkan. ”Dalam pesta budaya pasola, puluhan, bahkan ratusan, kuda dilibatkan bermain dalam adu ketangkasan melempar lembing dari atas kuda yang berlari kencang,” kata Herman dan Marwan, kedua orang ini adalah orang sumba yang berdinas sebagai anggota TNI di Yonkav 10 Makassar. Konon menurut cerita
Kuda diibaratkan sebagai kendaraan nenek moyang. Jika kuda sedang meringkik di padang rumput yang luas, itu menunjukkan nenek moyang sedang datang menunggangi kuda tersebut. Penggembala kuda pun harus mengenakan pakaian adat Sumba selama menggembala.
Selain memiliki fungsi kuda beban, hewan sembelihan, kuda pacu, atau sarana menggembala sapi, kuda juga berfungsi sebagai mahar dan mobilisasi penduduk.
Harga satu ekor kuda biasa berkisar Rp 2 juta-Rp 8 juta. Kuda pacu berkisar Rp 10 juta-Rp 250 juta, tergantung dari berapa kali kuda itu memenangi pertandingan tingkat nasional atau regional. Semakin banyak trofi yang diraih, harga kuda semakin tinggi.
Kuda sumba biasanya dibeli untuk andong/transportasi, pacu, konsumsi, atau sebagai kuda perah seperti di Bima.
Dari beberapa alasan diatas, mungkin kuda sumba dapat dijadikan eksperimen untuk disiapkan sebagai olahraga prestasi khususnya untuk lomba endurance yang sudah mulai diminati oleh peminat-peminat kuda di Indonesia
Memang secara prestasi belum teruji bila dibandingkan dengan kuda dari ras arab, untuk daya tahan bisa diandalkan tetapi pada Endurance dibutuhkan kecepatan.
Untuk jangka panjang perlu dikembangbiakan persilangan kuda dari ras sandalwood/kuda sumba dengan kuda jenis troghtbreath yang memang berasal dari jenis pacu sehingga ada kombinasi antara daya tahan dan kecepatan...Siapa yang ingin mencoba?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar