Minggu , 09 Maret 2008 ,
Cinta yang Tak Pernah Berakhir
Ricky Reynald Yulman
SEKALI PUN pasar kuda di Citeureup, Cimahi, dan kisah kejayaan kuda sebagai pinatang penghela kini hanya tinggal kenangan, kecintaan orang pada kuda tak pernah sejenak pun berakhir.
Paling tidak, ini terlihat dari keramaian penyelenggaraan Kejuaraan Ketangkasan Berkuda Kartika Equestrian Championship 2008, di Denkavkud, Parongpong, Sabtu (8/3).
Sepanjang pagi hingga tengah hari, ratusan pencinta kuda sudah berkumpul di tempat ini. Mereka berbaur akrab dengan panitia dan para atlet yang tak cuma berasal dari Indonesia, melainkan juga dari Malaysia, Brunei, Filipina, Thailand, dan Australia.
Masing-masing menunjukkan antusias dengan cara berbeda. Warga, misalnya. Mereka rela menempuh jalan kaki sekitar tiga kilometer dari jalan besar ke lapangan pertandingan. Ketika hujan turun, warga lebih dulu mencari tempat berteduh di selasar kantor maupun asrama sambil menahan dingin udara.
"Penasaran saja mau lihat langsung pertandingan ini. Lagipula meski diadakan di markas militer, tapi saya nggak mendapati kesan angker dan birokratis," ungkap Fazrul (30) warga Cimahi yang datang ke lokasi menggunakan sepeda motor.
Beberapa istal terlihat dipenuhi kuda tunggang milik para atlet. Caddy kuda tak kalah sibuk membersihkan tubuh kuda dari kotoran, memberi makan, memasangkan pelana dan tali kekang, hingga menuntun kuda menuju arena lomba.
Di sisi lapangan terlihat juga anggota keluarga atlet yang saling memberi dukungan. Memeluk dan mencium sebelum dan sesudah atlet tampil di arena lomba.
Dari depan podium tampak dua arena lomba. Masing-masing untuk jenis tunggang serasi (dressage) dan lompat rintangan (show jumping). Satu arena dressage di ruang tertutup lain juga disiapkan penyelenggara.
Untuk jenis lomba ketahanan (endurance) maupun cross country, penyelenggara menggunakan arena paling atas, yang terletak ke arah hutan cemara dan perkebunan milik pemerintah.
Tiap kali selesai pertandingan, panitia begitu sigap merapikan kembali lapangan agar siap dipakai kembali. Khusus di arena show jumping para petugas ajudan juri telah bersiap diri di sisi papan rintangan.
Bagi penyelenggara, kedatangan para pecinta kuda dari dalam dan luar negeri ke Denkavkud ini sekaligus sebagai forum saling mengenal, bertukar informasi, serta menumbuhkan rasa sportivitas di kalangan atlet. Di sisi lain penyelenggara juga ingin mengenalkan kawasan Parongpong yang disebut-sebut sebagai salah satu surga bagi para pecinta kuda.
Penyelenggaraan Kejuaraan Ketangakasan Berkuda Kartika Equestrian Championship 2008 tentunya membawa berkah sendiri bagi Denkavkud. Pada waktu persiapan, cukup banyak fasilitas yang diperbaiki bahkan dibangun baru.
"Bantuan kami peroleh dari lembaga TNI AD dan penyelenggara. Setelah event selesai, berbagai fasilitas tersebut tetap kami pergunakan. Terutama untuk melatih kuda militer," tegas Dan Denkavkud Letkol Kav Budi Edwar SIp. (ricky reynald yulman)
Berkuda Sampai Tua
SULITNYA menghapus kecintaan pada kuda, sangat dirasakan Danpussenkav Brigjen TNI Suharsono yang kini berusia lebih dari 50 tahun. Tak heran, sekalipun usianya sudah separo abad, Suharsono tak peduli dan tetap nekat mengikuti lomba yang digelar Adria Pratama Mulya dan Pusat Kesenjataan Kavaleri TNI AD, di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Parongpong, 23 Februari 2008 dan 6-9 Maret 2008 ini.
Suharsono sendiri berhasil menjadi juara tiga perorangan pada lomba endurance (ketahanan) kuda jarak tempuh 20 kilomete.
"Saya sempat bertanya, apa penilaian juri cuma rekayasa. Sebab saya sudah 15 tahun tak menunggang kuda. Maklum, usia saya sudah lebih 50 tahun. Baru 10 kilometer naik kuda saja sudah mau berhenti. Saya baru tenang karena panitia menegaskan, juri tak mengenal siapa saya dan apa jabatan saya sekarang," jelas Suharsono sambil tersenyum.
Ketua Panitia Pelaksana, Ny Triwatty Marciano, mengungkapkan apa yang dialami Danpussenkav semata karena juri melihat adanya keserasian kerjasama antara Suharsono dengan kuda tunggangannya.
"Kami tidak mau tanggung-tanggung mengadakan even memperebutkan Piala Kasad ini. Buat menjaga obyektivitas penilaian, dua juri dalam event nasional ini kami datangkan dari Australia. Seorang lagi dari Malaysia," ungkap Watty.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar